Saturday, July 19, 2008

Cuma Pendapat Pribadi

Bukankah seharusnya manusia harus lebih bisa bersabar dan mengabdi kepada akhirat?
Bukankah sebagai manusia kita tidak berhak memutus hidup seseorang atas nama keadilan, jabatan, atau istilah lain yang menurut gw "just a piece of cake..."?
Bukankah kita sebagai manusia harus selalu melihat ke depan, karena nafas hari ini ya dihirup hari ini, bukan kemarin...?
Bukankah kita sebagai "orang Timur" selalu mengagung-agungkan azaz praduga tak bersalah, selalu memetik hikmah dari setiap perkara (bahkan selalu mengatakan "untungnya..." setiap tertipa kemalangan)?
Bukankah seharusnya rasa kemanusiaan itu harus selalu didahulukan di atas semua kepentingan?
Bukankah kita seharusnya berpikir, akan ada anak-anak yatim ataupun cucu-cucu yang kehidupannya bergantung pada sokongan ekonomi yang terus diberikan oleh si pesakit, secara diam-diam, karena anak-anak dan cucu-cucunya malu memiliki keluarga seperti "dia"?
seorang sampah masyarakat, seorang pembunuh berdarah keji...


Tetapi apakah kita harus selalu menghujat?
Bukankah kita harus melihat sisi lain sebuah kasus agar objektif?


Sudahkah anda berpikir, "apabila saya adalah dia..."
Sudahkah anda berpikir, "apabila saya berada di tempatnya pada saat itu..."
Sudahkah anda berpikir, "apabila saya adalah salah satu dari anak ataupun cucunya..."


Apakah anda sekuat dia?
Apakah anda mampu bertahan dan tidak menjadi gila?
Apakah anda mampu bangkit kembali?
Apakah anda mampu memaafkan?


"Maaf"
Terdiri atas dua suku kata
Mudah diucapkan, sulit dilakukan


Maaf,
Yang aku ingin anda lakukan
Untuk menghormati nyawa seseorang yang telah dicabut negaraku atas nama hukum


Maaf,
Kepada seseorang yang tidak saya kenal,
Namun saya hormati
Karena beliau mampu memaafkan anda, yang menghujatnya, padahal kenal pun tidak


Maaf,
Karena saya menyesal, anak-anak dan cucu-cucunya turut menanggung aib
Padahal tidak ikut dalam peristiwa iblis tersebut


Maaf,
Karena beliau hanya manusia yang memiliki emosi
Namun menggunakannya di jalan yang salah...


(komentar penulis atas hukuman mati yang diberikan kepada Sumiarsih tanggal 19 Juli 2008)
Dari wanita untuk dunia
A F A